Perjuangan Ibu Membesarkan Anaknya Seorang Diri
Pada kesempatan ini ijinkan saya untuk membagikan kisah perjuangan Ibu saya. Ibu saya berjuang sendirian dalam membesarkan saya sejak saya kelas 2 SD. Ayah saya tidak tahu entah berada dimana. Saya dan Ibu saya sudah tidak pernah tidur bersama dengan Ayah sejak saya berada di TK kecil. Tapi setiap malam Ayah masih datang kerumah Ibu saya sekitar pukul 7 sampai pukul 9. Pada saat itu, Ayah sudah tidak pernah menafkahi Ibu saya baik secara lahiriah maupun batiniah.
Pada suatu ketika, seingat saya dimalam hari ayah saya pergi menggunakan sepeda ibuku. Dalam benak saya bertanya-tanya, mengapa ayah cepat-cepat pulang sedangkan baru saja datang. Saya bertanya kepada Ibu, Ayah kenapa kok sudah pulang dan juga memakai sepeda ibu? Jawab ibu kepada saya, ayah sedang terkena musibah kata ibu saya. Pada saat itu saya masih berada kelas 2 SD dan saya belum tahu apa-apa.
Semenjak malam itu, ayah saya sudah tidak pernah datang kerumah lagi, terkadang saya berpikir ayah kenapa kok lama tidak kesini ya? Namun ibu saya selalu mencari alasan terus untuk menghibur saya. Mulai detik itulah saya dan ibu hanya hidup berdua.
Ibu sangat menyayangi saya, setiap seminggu sekali pasti diajak jalan-jalan naik becak supaya saya tidak kepikiran tentang ayah saya. Ibu setiap pagi bangun pukul 5 pagi lalu pergi kepasar untuk jualan sembako. Dari situlah sumber penghasilan ibu saya guna untuk mencukupi segala keperluan hidup dan juga pendidikan saya. Ibu dari jam 5 pagi sudah kepasar disaat saya masih tertidur, lalu sampai rumah pukul 6 sore. Setiap saya pulang sekolah, saya tidak pulang kerumah melainkan menuju kepasar, kebetulan lokasi pasar dengan tempat saya bersolah waktu SD sangat dekat. Saya selalu disediakan makan oleh ibu sesuai dengan keinginan saya. Ibu selalu berusaha semaksimal mungkin supaya saya tetap tercukupi dan tidak kelaparan, meskipun pernah saya melihat ibu saya hanya makan nasi dengan kecap dan kerupuk saja. Semua beliau lakukan hanya untuk saya seorang. Saat saya mengantuk, saya dititipkan kepada sopir becak, supaya tidur disana sedangkan ibu masih terus berjualan.
Puji Tuhan, sampai saya lulus SD sekalipun bayaran SPP saya tidak pernah tertunggak sama sekali. Meskipun hanya seorang diri, ibu selalu berusaha supaya saya terus dapat sekolah sampai setinggi-tingginya.
Perjuangan Ibu membesarkan anaknya seorang diri
Setelah saya lulus SD saya dimasukan ke SMP swasta yang terbilang cukup mahal di kala itu, dan ibu dapat membayar uang gedung dan pendaftaran masuk tanpa mengangsur sedikitpun. Ternyata ibu saya selalu menyisihkan hasil penjualan tiap harinya di tabungan, jadi ketika saya masuk SMP ibu dapat memasukan saya di sekolah SMP swasta yang terbilang favorit.
Pada saat saya SMP pun saya dibelikan sepeda oleh ibu, untuk fasilitas saya berangkat dan pulang sekolah. Lalu ketika saya hendak lulus dari SMP saya melihat teman-teman saya sudah pada naik kendaraan bermotor. Tiba-tiba tanpa saya meminta, ada kendaraan bermotor di dalam rumah. Ternyata ibu saya yang membelikannya untuk saya.
Lalu saya lanjut ke jenjang SMA. Lagi-lagi, rejeki dan anugerah Tuhan pasti tepat pada waktunya. Dengan sendirian ibu saya berjuang membiayai sekolah saya sampai masuk ke SMA favorit kembali.
Ketika saya SMA, saya mulai bertanya-tanya tentang ayah. Saya mencoba bertanya, mah sebenarnya ayah berada dimana? Pada saat itu mulai dijelaskan oleh ibu saya, dari awal sampai akhir. Ternyata selama ini ibu saya terus dibohongi oleh Ayah saya. Sampai-sampai semua perhiasan pun juga diambil semua. Untung saja waktu itu Tuhan tolong, saat terakhir ketemu ayah pada malam hari tadi, ternyata ayah ingin menggadaikan kios untuk berdagang ibu di pasar. Tapi ibu saya bisa menolaknya, sehingga ayah saya hanya mendapat sepeda nya ibu saja. Selama ini ayah saya diluar sana berbuat sesuatu yang tidak terpuji dan menghambur-hamburkan uang ibu saya.
Akhirnya saya mulai mengerti mengapa ayah sudah tidak kembali lagi. Setelah itu saya lulus SMA, lalu dilanjukan lagi ke perguruan tinggi yang sangat baik. Dari TK sampai saya memperoleh gelar Sarjana Akuntansi, tidak sekalipun saya menunggak pembayarannya. Semua karena perjuangan ibu saya yang dari pukul 5 pagi hingga 6 sore untuk mencari nafkah demi membuat saya memperoleh gelar yang tinggi.
Perjuangan Ibu membesarkan anaknya seorang diri
Saat ini Puji Tuhan, saya sudah memperoleh pekerjaan dengan jabatan yang tinggi di sebuah perusahaan mebel di kota Surakarta. Tapi, ibu saya sudah mulai sakit-sakitan dan berat badan turun drastis, ternyata setelah didiagnosa, ibu saya terkena penyakit Diabetes. Terakhir kali Gula darah, kadar gula darah ibu saya mencapai 600. Saya putuskan untuk ibu saya biar dirumah, dan gantian saya yang mencukupi kebutuhan hidup ibu saya.
Itulah sedikit cerita saya tentang perjuangan ibu membesarkan anaknya seorang diri. Tidak tahu saya bagaimana caranya membalas semua perjuangan ibu dalam membesarkan anaknya seorang diri. Pasti sangat berat sekali rasanya bagi ibu saya. Sudah dibohongi oleh ayah, harta nya dihabiskan, masih harus membesarkan anaknya seorang diri.
Terimakasih Ibuku Tersayang
Baca Juga : Cara Memotivasi Hidup, Tegar Di Tengah Badai, Bahagia Itu Sederhana, Ketekunan
0 Response to "Perjuangan Ibu Membesarkan Anaknya Seorang Diri"
Post a Comment